Monday, May 29, 2017

Terlambat Bersyukur

Masa-masa sulit selama kurang lebih setahun ini banyak sekali hal yang ternyata terlambat disyukuri. Sampai pada akhirnya aku hijrah dari kotaku tercinta (baca: Cianjur) ke ibukota. Dan sampai disana banyak kekagetan yang gak terduga, seperti lingkungan, teman-teman, atmosfer udara, dan lain-lain.
“Sumpah ini salah, aku salah dalam membaca petunjuk setelah shalat istikharah”
“Kenapa gak di Bandung aja, banyak sodara, temen-temen dan masih daerah kekuasaan karena masih Jawa Barat”
“Yaelah gabisa bertingkah.”
“Di Bandung kan banyak yang ngambis karena mereka pasti targetnya ITB.”
“Engga engga, pokonya pertengahan harus mutasi ke Bandung.”
“Tapi aku gak mau mainstream, aku butuh lingkungan baru dan tantangan baru.”
“Oke, jalani dulu.”
Beberapa celotehan sendiri.
Dan hari pertama semua berjalan baik, aku mulai beradaptasi dengan teman-teman dan beradaptasi dengan terik matahari dikota ini.
Beberapa bulan setelah semuanya akrab, aku mulai mengenal masing-masing kepribadian teman-temanku dan disinilah syukurku ditingkatkan.
Saat kegiatan belajar seperti biasa dilakukan dan selesai, kebanyakan teman-temanku langsung cabut alias pulang kerumah, disaat aku yang sedang ngambis-ngambisnya, teman laki-lakiku sebut saja Fulan pamit.
“Eh Rai, gua mau balik ya!” sambil menyodorkan tangannya
“Oh iya, hati-hati.” tanpa melihat dan masih fokus dengan buku.
“Gua mau salam nih!” ketusnya.
“Oke, sorry bukan mahram hehe..”
*menghela nafas* “Yaelah, gua juga gak nafsu kali sama lu!” ujarnya.
Deg, jawaban yang frontal, dan aku menatap dia sinis,
“Oke jangan di frontalin dan jangan banyak tingkah.” Ujarku dalam hati
Dari sini aku merasa selama aku ada dilingkungan baik, aku sama sekali kurang dalam bersyukur. Punya teman-teman yang mengingatkan pada Allah, mengingatkan kebaikan, kadang tak terlintas untuk bersyukur padahal itu adalah nikmat terbesar yang sudah Allah berikan untukku, berhijrah dari masa jahiliyah ke masa yang lebih baik, dan mungkin ini terguran dari rasa syukurku yang kurang. Padahal selama beberapa tahun ini aku ada dilingkaran ukhuwah RISMA (baca: ROHIS), HIROCI, dan Zahratunnida. Betapapun Allah punya banyak cara untuk menyadarkan hambanya bersyukur :’)
Beberapa bulan disini, aku mendapatkan lingkaran baru. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya aku mutasi liqo (baca: mentoring). Dan aku ditempatkan di AS (Akhwatusshaliha), dan masyaa Allah kakak mentornya alumni UI dan kebanyakan teman-teman dilingkaran ini adalah kakak-kakak yang mungkin satu atau dua tahun diatasku dan rata-rata mereka sudah kuliah. Dan untuk kali ini jangan kurang dalam bersyukur dan selalu sempatkan buat liqo. Disini aku rehat dari atmosfer persaingan dunia, istirahat dari mumetnya belajar, istirahat dari jenuhnya lingkungan Inten. Dan betapa Allah maha baik sehingga menempatkan aku di lingkaran ini, ketika ingin tutup telinga karena hanya nasihat dunia yang bisa didengar, disini nasihat akhirat lebih ditekankan. Karena mungkin jika tidak dilingkungan ini, tak akan ada charger ruhiyah. Dan jika aku tidak ada di kota terik ini mungkin penyesalan karena tidak bersyukur itu tak ada. Alhamdulillah ala kulli hal.

Terkadang banyak hal yang terlambat untuk disyukuri, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dan ingatlah bahwa Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan kita. Jadi, jangan lupa bersyukur! J

No comments:

Post a Comment