Monday, September 18, 2017

Bergerak Lincah Menapaki Jejak Natsir

Jejak-jejak hidup yang di tinggalkan oleh M.Natsir menjadi suatu hal yang sangat di butuhkan sampai saat ini. Sosoknya yang mempunyai intelektual tinggi tetapi tetap sederhana, pemikir kritis dan pejuang dalam islam, penulis hebat tapi tetap merakyat, jujur dan berintegritas, serta konsisten dalam suatu keadaan.
Lalu apakah itu hanya akan menjadi catatan sejarah yang hebat tanpa implementasi bagi intelektual-intelektual muda saat ini? Tentu tidak. Rasanya tidak bijaksana jika sosok hebat Natsir hanya menjadi catatan-catatan sejarah usang yang hanya di baca lalu lupa, yang hanya di lihat persis lalu terkikis, yang hanya di bangga-bangga tapi tidak ada tindakan nyata.
Inilah saatnya bergerak melawan ketidakrelevanan yang ada, berani mengkritisi juga berkontribusi. Natsir yang senantiasa dengan berani menyuarakan pendapatnya hingga suatu ketika pendapat yang di suarakan kepada Soekarno membuat beliau menetap di penjara (Wikipedia, 2012). Peran saat ini adalah turun ke jalan dan suarakan kebenaran, terobos tembok universitas yang terkadang menjadi alasan untuk bersembunyi tanpa mengkritisi. Banyak sekali wadah terutama di dalam kampus yang bisa menjadi jalan kita bersuara, jalan kita menyuarakan kebaikan, dan wadah dimana bersama-sama mengkritisi sebuah kebijakan. Berani menjadi “abnormal” yang tidak hanya belajar sebatas disiplin ilmu yang di emban tapi belajar juga menjadi insan yang peduli juga berbagi, memikirkan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa yang ingin keluar dari zona kebodohan serta memiliki tanggung jawab mengeluarkan yang lain dari kebodohan pada akhirnya dalam diri ini mendapat nilai-nilai yang melampaui batas normal karena bisa melawan segala batas diri dan menjadi “abnormal”.
Seperti Natsir sederhana, yang hanya memiliki dua baju lusuh serta jasnya yang bertambal (Wikipedia, 2012) tidak perlu kemewahan meskipun berada di titik tertinggi, sederhana tapi seorang pembela dan bijaksana.
 Natsir juga merupakan seorang penulis, sudah menjadi rahasia umum meskipun memakai nama A. Muchlis (Sati Alimin, 1954) beliau merupakan penulis hebat yang sudah menuliskan berbagai macam, sekitar 45 buku atau monograf dan ratusan artikel yang memuat pandangannya tentang Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam sejak karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929. Karya terawalnya umumnya berbahasa Belanda dan Indonesia, yang banyak membahas tentang pemikiran Islam, budaya, hubungan antara Islam dan politik, dan peran perempuan dalam Islam. (Wikipedia,2012) hal ini menjadi daya tarik tersendiri diluar aktivitas padatnya dalam pemerintahan beliau juga banyak mencurahkan segala pikirannya lewat tulisan, saat mulut tidak sanggup berkata maka biarkan tulisan-tulisan kita yang berbicara karena tulisan tidak seperti kata yang hilang setelah diucapkan, tulisan menjadi salah satu komunikasi yang efektif untuk mencurahkan pikiran dan menjadi hal yang nyata serta konkret karena dalam bentuk tulisan yang bisa di simpan maupun di bukukan. Ini juga merupakan peran penting, tuliskan banyak hal bermanfaat, menulis banyak juga mengenai kebaikan karena saat tulisan itu dibaca kita tidak pernah tahu berapa banyak orang yang ternyata tergerak hatinya, tergugah nuraninya, mulai terbersit dalam pikirannya, mulai melakukan tindakan-tindakan nyata melakukan kebaikan yang ada setelah membaca tulisan kita, itulah kenapa saya masih mengelola blog sampai saat ini agar setiap kali kebaikan yang saya terima bisa dibagikan dan bisa menebarkan segala kebermanfaatan yang ada.
Pencapaian prestasi serta aktivis organisasi di Indonesia bahkan dunia membuat Natsir sangat luar biasa, inilah mengapa saya tergugah untuk terus belajar, belajar, dan belajar mengenai disiplin ilmu yang diemban karena pada akhirnya nanti segala ilmu ini bisa ditebarkan manfaatnya untuk masyarakat luas serta berkecimpung dalam organisasi-organisasi mahasiswa yang menjadi wadah untuk membentuk diri dan meningkatkan kapasitas diri menjadi “abnormal” ; melampaui rata-rata.
Integritas yang diatas segalanya yang di miliki Natsir memberikan suatu kehormatan tersendiri bagi beliau karena bukan menyikapi semua hal dengan bebas tetapi juga memegang teguh integritas, saat bangsanya di jajah oleh penjajah Belanda beliau bertindak tegas melawan penjajah padahal beasiswa pendidikan yang beliau terima adalah dari pemerintah Belanda tapi tidak ada rasa takut dan tetap berpihak pada bangsa yang membesarkannya. Hal ini membuat saya sadar integritas harus di pegang teguh agar segala ujian menggiuran di depan bisa pangkas habis dan tetap konsisten pada kebaikan.
Semua hal positif dalam sosok M.Natsir membukakan kembali mata yang sempat tertidur agar melihat sekeliling sisi bahwa banyak hal yang harus di kritisi, banyak hal yang harus di benahi, dan banyak hal yang patut di apresiasi. Hati yang awalnya beku kini mulai mencair dan tergerak agar kebaikan tetap pada koridornya dan kejahatan harus mencair dan lenyap. Pikiran yang hanya berambisi pada diri sendiri kini mulai terbersit untuk melakukan aksi nyata bahwa di luar sana masih banyak yang harus kita keluarkan dari kebodohan, kita keluarkan dari kemiskinan, dan kita keluarkan dari penindasan. Karena sejatinya ilmu itu selalu memihak pada kebaikan dan kebermanfaatan.
(Gambar ini di ambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Natsir)


Yogyakarta, 19 September 2017

01.43 AM

Tugas DM 1 KAMMI Komisariat UGM 2017
Awalnya hanya menggugurkan kewajiban ternyata bisa terbawa suasana dan mendapat kekaguman.

No comments:

Post a Comment