Thursday, August 31, 2017

Bersembunyi di balik nama besar kampus?

Ketika orang lain baru saja selesai ospek, aku baru selesai praktikum oral histology dan sudah belajar efektif selama kurang lebih tiga minggu. Ketika orang lain bisa takbiran dirumah dan menghirup udara penuh bakaran hasil qurban, aku hanya bisa merancang beberapa project, mengejar deadline, mengetik ini dan menikmati udara malam di jalan Sendowo. Lebay sih padahal Jogja—Cianjur doang wkwkwk karena sebenernya ini hanya memanfaatkan moment melow yang tetiba ingin menulis dan mengutip pesan dari Aa (Cofasku di ospek universitas) “Selamat libur panjang, yang pulang kampung sampaikan salam kepada orang tuanya dari seseorang yang merindukan rumah.”
Mengingat jadwal kedepan terlihat padat, apalagi jika lulus seleksi aku akan terbang ke Muna, Sulawesi untuk menjadi volunteer, ditambah banyak hal yang rasanya ingin di explore, juga observasi di Pare saat libur semester satu, belum lagi belajar SBM, wait,  SBM tuh apa ya? *seketikalupa*. Its okay, mundur sedikit untuk bersiap lalu melaju kencang, pelan-pelan tapi pasti.
Melihat kontingen UGM di PIMNAS dari tahun ke tahun yang selalu memukau meskipun tahun ini di tikung Universitas Brawijaya diposisi pertama. Dengan secepat ini UGM membuat aku jatuh cinta. Lalu, apa kabar Unpad yang menolakku berkali-kali?Apa tahun depan akan ditolak lagi?biarkan waktu yang menjawab *eaa.
Lalu, apakah kita hanya akan menjadi pengagum kampus sendiri dengan segudang prestasi nasional dan internasional? Apakah kita hanya bisa membanggakan kampus kita di depan teman-teman? Apakah kita hanya bisa menyebarkan berita prestasi kampus kita yang menjadi klaster satu bahkan rengking 1 di Indonesia menurut dikti dan rengking di Internasional yang membanggakan? Jangan-jangan kita hanya bersembunyi dibalik nama besar kampus tanpa bisa berperan dan menjadi bagian dari kebanggan itu.
Ini sedikit menggelitik dan menampar aku yang masih anak kemarin sore yang hanya bisa terpukau-pukau menjadi bagian kecil dari warga kampus. Aku yang masih seperti anak hilang mencari tahu kesana kemari agar bisa survive di kampus dan berusaha untuk tidak hanya menjadi penonton tapi pemeran. Teringat kembali salah satu seminar yang aku ikuti yang diadakan oleh BEM KM UGM dan entah aku norak atau apa tapi emang out of my expectation disana banyak materi yang keren banget asli tapi aku gak bisa sampai selesai karena ada kegiatan panahan, salah satu pematerinya adalah Mba Birrul mahasiswa berprestasi UGM tahun 2014, beliau banyak sekali berbagi strategi dan target hidup dan sebenarnya tidak jauh beda dengan tulisan-tulisan ngambisku sebelumnya tentang menulis mimpi di dinding dan lain-lain tapi untuk pembawaan Mba Birrul ini sangat on fire dan membangkitkan semangat, lalu aku ingat sekali CV beliau yang sampai berlembar-lembar yang berisi banyak hal yang inspiratif, dan yang membuat aku terpukau-pukau adalah beliau itu ukhti-ukhti yang berkerudung lebar, itu mematahkan semua anggapan orang bahwa muslimah itu pendiam, kudet, norak, tidak fashionable, dan anggapan jelek lainnya. Maka dari itu aku mengajak semua muslimah untuk aktif, kreatif, inovatif, prestatif dan hal membanggakan lain, ini juga catatan untuk diriku yang masih memilah-milah strategi. Mengutip salah satu kalimat dari Mas Alfath Ketua BEM KM UGM, “Niatkan belajar itu ibadah karena jika belajar adalah ibadah maka prestasi adalah dakwah.” Mantap, aku selalu berapi-api setiap kali Mas Alfath bicara karena setiap bicaranya seperti orasi yang membangkitkan semangat pendengarnya, beliau juga kemarin menjadi salah satu pemateri di seminar.
Untuk yang bernasib sama sepertiku yaitu mahasiswa baru yang merasa seperti anak hilang dan rasanya ingin explore banyak hal, ada tips dari Mba Birrul yang aku ingat untuk memfokuskan diri seperti misalnya di tahun pertama itu fokus dulu ke akademi, tahun kedua ke organisasi, tahun ketiga ke prestasi, dan tahun keempat fokus ke luar negeri.
Jadi, ayo memilih apakah kita hanya akan menjadi penonton dan bersembunyi di balik nama kampus atau berperan dan bagian dari yang membesarkan nama kampus. Its your choise.
“Dan emas akan tetap menjadi emas dimanapun dia berada.” –Indra Sugiarto ngerti maksudnya? Dimanapun Tuhan menempatkamu, kamu akan tetap menjadi emas dan bernilai, jadi jangan tengsin dengan nama kampus karena yang terpenting adalah tidak mengikuti arus yang salah seperti yang kita tahu bahwa sesuatu yang mengikuti arus air itu hanya sampah karena yang bernilai adalah orang yang melawan arus.


(https://www.pinterest.com/pin/392094711285206607/)

No comments:

Post a Comment