Ketika orang lain baru
saja selesai ospek, aku baru selesai praktikum oral histology dan sudah belajar efektif selama kurang lebih tiga
minggu. Ketika orang lain bisa takbiran dirumah dan menghirup udara penuh
bakaran hasil qurban, aku hanya bisa merancang beberapa project, mengejar deadline, mengetik ini dan menikmati udara malam di jalan
Sendowo. Lebay sih padahal Jogja—Cianjur doang wkwkwk karena sebenernya ini hanya memanfaatkan moment melow yang tetiba ingin menulis
dan mengutip pesan dari Aa (Cofasku di ospek universitas) “Selamat libur
panjang, yang pulang kampung sampaikan salam kepada orang tuanya dari seseorang
yang merindukan rumah.”
Mengingat jadwal
kedepan terlihat padat, apalagi jika lulus seleksi aku akan terbang ke Muna,
Sulawesi untuk menjadi volunteer,
ditambah banyak hal yang rasanya ingin di explore,
juga observasi di Pare saat libur semester satu, belum lagi belajar SBM, wait, SBM tuh apa ya? *seketikalupa*. Its okay, mundur sedikit untuk bersiap
lalu melaju kencang, pelan-pelan tapi pasti.
Melihat kontingen UGM
di PIMNAS dari tahun ke tahun yang selalu memukau meskipun tahun ini di tikung
Universitas Brawijaya diposisi pertama. Dengan secepat ini UGM membuat aku
jatuh cinta. Lalu, apa kabar Unpad yang menolakku berkali-kali?Apa tahun depan
akan ditolak lagi?biarkan waktu yang menjawab *eaa.
Lalu, apakah kita hanya
akan menjadi pengagum kampus sendiri dengan segudang prestasi nasional dan
internasional? Apakah kita hanya bisa membanggakan kampus kita di depan
teman-teman? Apakah kita hanya bisa menyebarkan berita prestasi kampus kita
yang menjadi klaster satu bahkan rengking 1 di Indonesia menurut dikti dan
rengking di Internasional yang membanggakan? Jangan-jangan kita hanya bersembunyi
dibalik nama besar kampus tanpa bisa berperan dan menjadi bagian dari kebanggan
itu.
Ini sedikit menggelitik
dan menampar aku yang masih anak kemarin sore yang hanya bisa terpukau-pukau
menjadi bagian kecil dari warga kampus. Aku yang masih seperti anak hilang
mencari tahu kesana kemari agar bisa survive
di kampus dan berusaha untuk tidak hanya menjadi penonton tapi pemeran. Teringat
kembali salah satu seminar yang aku ikuti yang diadakan oleh BEM KM UGM dan
entah aku norak atau apa tapi emang out
of my expectation disana banyak materi yang keren banget asli tapi aku gak
bisa sampai selesai karena ada kegiatan panahan, salah satu pematerinya adalah
Mba Birrul mahasiswa berprestasi UGM tahun 2014, beliau banyak sekali berbagi
strategi dan target hidup dan sebenarnya tidak jauh beda dengan tulisan-tulisan
ngambisku sebelumnya tentang menulis mimpi di dinding dan lain-lain tapi untuk
pembawaan Mba Birrul ini sangat on fire
dan membangkitkan semangat, lalu aku ingat sekali CV beliau yang sampai
berlembar-lembar yang berisi banyak hal yang inspiratif, dan yang membuat aku
terpukau-pukau adalah beliau itu ukhti-ukhti
yang berkerudung lebar, itu mematahkan semua anggapan orang bahwa muslimah itu
pendiam, kudet, norak, tidak fashionable, dan anggapan jelek lainnya.
Maka dari itu aku mengajak semua muslimah untuk aktif, kreatif, inovatif,
prestatif dan hal membanggakan lain, ini juga catatan untuk diriku yang masih
memilah-milah strategi. Mengutip salah satu kalimat dari Mas Alfath Ketua BEM
KM UGM, “Niatkan belajar itu ibadah karena jika belajar adalah ibadah maka
prestasi adalah dakwah.” Mantap, aku selalu berapi-api setiap kali Mas Alfath
bicara karena setiap bicaranya seperti orasi yang membangkitkan semangat
pendengarnya, beliau juga kemarin menjadi salah satu pemateri di seminar.
Untuk yang bernasib
sama sepertiku yaitu mahasiswa baru yang merasa seperti anak hilang dan rasanya
ingin explore banyak hal, ada tips
dari Mba Birrul yang aku ingat untuk memfokuskan diri seperti misalnya di tahun
pertama itu fokus dulu ke akademi, tahun kedua ke organisasi, tahun ketiga ke
prestasi, dan tahun keempat fokus ke luar negeri.
Jadi, ayo memilih
apakah kita hanya akan menjadi penonton dan bersembunyi di balik nama kampus
atau berperan dan bagian dari yang membesarkan nama kampus. Its your choise.
“Dan emas akan tetap
menjadi emas dimanapun dia berada.” –Indra Sugiarto ngerti maksudnya? Dimanapun
Tuhan menempatkamu, kamu akan tetap menjadi emas dan bernilai, jadi jangan
tengsin dengan nama kampus karena yang terpenting adalah tidak mengikuti arus
yang salah seperti yang kita tahu bahwa sesuatu yang mengikuti arus air itu
hanya sampah karena yang bernilai adalah orang yang melawan arus.
(https://www.pinterest.com/pin/392094711285206607/)
No comments:
Post a Comment