Sunday, February 25, 2018

Antara Resah dan Pasrah

Sudah H-berapa menuju medan perang. Rasanya sulit di percaya, aku memberanikan diri mengambil jalan ini, jalan yang memang belum terlihat apakah bisa sampai titik finish atau mati di atasnya. Katanya Fall down six times, get up seven . Aku berusaha mengumpulkan amunisi. Betapapun aku ingin bilang sulit sekali membagi fokus, benar kata Mas X kebanyakan orang sibuk memanajemen waktu tapi tidak pandai dalam memanajemen fokus, dan its true, setiap hari rincian kegiatan kususun, agar tidak ada sedetikpun waktu yang di sia-siakan, tapi fokusku lagi-lagi selalu bercampur antara hal ini dengan hal itu. Aku sangat mengapresiasi mereka yang keren dalam berbagai hal; akademik, berdialetika, di seni. Aku masih berharap bisa menetap di tempat lain, tapi jika memang Allah takdirkan aku di tempat ini, tidak bisa kutolak. Aku pernah dengar takdir bisa diubah dengan doa, tapi jika memang sampai saat ini doaku tidak bisa mengubah takdir maka pasti ada sesuatu hal yang terbaik yang diselipkan. Aku berusaha memantapkan keyakinan atas itu.
Jika ada kata yang bisa menggambarkan lebih dari 'kerja keras' mungkin aku akan menyebutnya. Aku berusaha untuk tidak menuhankan ikhtiar, berpasrah bukan berarti menyerah.
Karna kita perlu percaya jika memang kita mampu maksimal mengerjakannya 50% maka selebihnya biarkan 50% nya lagi Allah yang menyelesaikan.
Dan terima kasihku yang sebanyak-banyaknya kepada orang tua yang selalu mendukung anakmu ini atas jalan yang aku pilih, atas ide-ide yang menurut orang lain gila dan mengkeruk uangmu Pah. Maafkan anakmu ini yang belum bisa berdamai dengan keadaan, dan masih memperjuangkan sesuatu, ini tidak lain dan tidak bukan untukmu kelak. Peluk jauh dariku.


Jadi, tolong doakan aku. Jangan berdoa untuk di mudahkan tapi di kuatkan.
Doaku juga untukmu.

Yogyakarta, 25 Februari 2018


No comments:

Post a Comment