Tuesday, May 18, 2021

Muslim Berkemampuan Spesial

 

Berbicara tentang hidup, berarti erat kaitannya dengan manusia. Makhluk yang Allah ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk, yang memiliki akal juga hawa nafsu, yang menjadi pertanyaan adalah pertarungan hawa nafsu untuk sekedar melakukan banyak hal yang kontraproduktif atau lebih dari sekedar itu, yaitu dengan meloncat dan menyadari bahwa dipundak kita ada label makhluk yang paling sempurna diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya, sebagaimana dalam Surah At- Tin ayat 4. Kita diberikan 2 mata untuk melihat, diberikan hidung untuk mencium, 2 telinga untuk mendengar, lisan untuk berbicara, 2 tangan untuk bekerja, 2 kaki untuk berjalan, bahkan diberikan anugerah akal untuk berpikir. Dan yang paling penting untuk disadari adalah bahwa identitas kita adalah sebagai seorang muslim, yang segala perbuatan dan tindakannya sudah tidak hanya berbicara mengenai input untuk diri sendiri namun dengan niat dan itikad yang lebih luas dari itu, yaitu bermanfaat bagi orang lain dan mencari ridho-Nya.

Di era distrupsi ini, sudah bukan saatnya berproses dengan berjalan, namun saatnya berproses dengan berlari dalam roket yang melesat kencang, begitupun dengan menggali potensi diri, saya sepakat bahwa manusia diciptakan menjadi seorang khalifah/pemimpin di dunia bukan tanpa alasan, tentunya setiap manusia memiliki jalan kekhalifahannya masing-masing sesuai dengan potensi masing-masing, dengan cara explore banyak hal, datangi banyak tempat, ajak banyak orang berdiskusi, mencium beribu-ribu bau kehidupan, yang pada akhirnya menemukan titik temu antara what you love, what the world needs, what you are good at, and what you can be paid for atau yang sering kita kenal dengan IKIGAI.

Dalam menemukan potensi tentunya kita harus mengawali dengan start with why , alasan mengapa kita bangun setiap pagi, dan sebenarnya apa hakikat dan tujuan dari hidup kita? Tentunya jika untuk meraih ridho Allah, misi apa saja yang akan kita lakukan, jalan perjuangan mana yang akan kita ambil? Karena seringkali kita terjebak pada realitas, terperangkap pada rutinitas, menjalani hari tanpa antusias, ada manusia-manusia berbakat tapi bingung bangun tanpa semangat, menjalani hari tanpa kesan yang melekat.

Jika direfleksikan terhadap diri saya, saya selalu mengawalinya dengan start with why , untuk memainkan peran sebagai khalifah dan dengan tujuan mendapatkan ridho-Nya, saya menempuh jalan perjuangan di sektor yang sangat saya minat yaitu kesehatan, saya selalu tarik segala sesuatu dari titik akhir, sebagaimana dalam buku 7 Habits Of Highly Effective People Stephen R. Covey membahas tuntas mengenai begin with the end . Sebagaimana membangun rumah, selalu ada dua kali penciptaan, yang pertama adalah sketsa yang dibuat dengan berbagai analisis panjang yang sketsa tersebut selesai bahkan sebelum tanahnya tersentuh, baru kemudian penciptaan fisik. Begitupun dengan saya sebagai manusia yang sedang menjalankan amanah terberat yang bahkan gunungpun menolak untuk menerimanya, saya senang menuliskan lifeplan dari daily, jangka pendek, jangka menengah, bahkan sampai jangka panjang, semata-mata agar bisa tiba sebelum berangkat, sehingga nantinya di perjalanan kita fokus pada hal-hal yang menjadi tujuan akhir kita. Dari kepribadian saya yang senang akan perencanaan yang matang, terstruktur, komitmen pada rencana, antusias yang cukup tinggi, dan memiliki rasa tanggung jawab untuk melaksanakan segala hal yang saya rencanakan diawal saya menemukan bahwa diri saya cenderung striving sebagaimana terdapat dalam teori Talents Mapping oleh Abah Rama.

Tentunya selain start with why saya juga mencoba untuk find my why yaitu menemukan something bigger than my daily activities, the reason behind every single step that I choose, the big picture every activities I do. Saya lagi-lagi memiliki big dream , big reason, dan purpose of my life sehingga jika saya gagal dalam capaian-capaian kecil tidak jatuh semangatnya, karena masih banyak jalan, dan akan panjang sampai ditujuan saya, saya menyukai kompetisi, menyukai hal-hal yang menantang diri saya untuk berkembang jauh lebih baik dan sangat tidak suka jalan ditempat. Dengan find my why, saya yakin kegiatan-kegiatan menyenangkan akan selalu bisa saya ciptakan jika menemukan gambaran besarnya, sebagaimana menyusun puzzle, akan menjadi sangat menarik dan antusias jika kita membayangkan dan menerka gambaran akhirnya. Maka, saya selalu bertekad dengan memiliki gambar akhir, meskipun satu waktu puzzle itu hanya satu warna tanpa gambar dan polos, tapi saya percaya bahwa hal itu juga merupakan bagian dari gambar besar yang akan saya kejar.

Dari gambaran akhir itu saya mencoba meruntutkan kemampuan apa saja yang harus saya miliki dan mengejawantahkannya pada kehidupan sosial saat ini ketika saya menjadi mahasiswa, seperti ketika goals akhir saya adalah menjadi Menteri Kesehatan RI, salah satu kemampuan/softskill dasar yang harus saya miliki adalah berdiplomasi, hubungan interpersonal yang baik, negosiasi dan lobbying, komunikasi, analisis, strategic, empati, memiliki relasi yang baik, memiliki pikiran yang kritis, good in public speaking, bisa berpikir logis, mengerti politik dan kebijakan, memiliki kemampuan dengan pendekatan system, saya coba asah potensi-potensi tersebut yang asalnya mungkin saya tidak tahu apakah ada potensi tersebut dalam diri sendiri atau tidak, dengan mengikuti berbagai organisasi intra kampus, diamanahi menjadi kepala departemen human research development, mengikuti kegiatan ekstra kampus sebagai wadah ideologisasi dan pemahaman politik yang dipandang secara islam, aktif sebagai anggota partai mahasiswa untuk wadah memahami isu dan politik dan membangun relasi, menjadi steering committee diberbagai acara untuk membuat konsep dan strategi acara yang menarik, beberapa kali bergelut di bidang public relation  sehingga berhubungan langsung dengan politisi junior maupun senior serta praktisi dibidang politik, selain itu juga pendekatan grassroot dengan menjadi dental health educator di lebih dari 5 acara untuk mengetahui kondisi realitas kesehatan di masyarakat, diundang menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan dan seminar maupun latihan kepemimpinan, merintis penelitian pada mahasiswa kesehatan serta tenaga kesehatan untuk mengetahui realitas yang terjadi dilapangan terutama mengenai gigi dan mulut, menjuarai berbagai lomba di bidang kesehatan gigi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat sebagai bentuk pengejawantahan ilmu yang diemban menjadi suatu karya yang bermanfaat dan wadah berlomba-lomba dalam kebaikan, semua hal tersebut menjadi wadah bagi saya untuk menantang dan mengeksplor potensi yang saya miliki dan mengukur sudah seberapa hebat, serta untuk mengetahui kelemahan saya terkait potensi-potensi tersebut yang nantinya jika masih banyak kekurangan akan terus menerus ditingkatkan, serta eksplorasi tersebut merupakan sebuah upaya connecting the dots.

Sehingga, jika dikaitkan dengan teori multiple intelligence saya mendapati bahwa kecerdasan saya dibidang interpersonal, verbal-linguistik, serta logical mathematical, yang tentunya masih sangat harus ditingkatkan.

            Memaksimalkan waktu dengan hal-hal yang produktif dan upaya mengeksplorasi kemampuan dan potensi merupakan hal mendasar yang harus dilakukan sampai pada titik dimana saya menemukan potensi-potensi yang bisa terus saya tingkatkan dan tidak cepat berpuas diri atas segala pencapaian.

Pada akhirnya, saya juga berangkat dari keresahan diri mengenai berbagai permasalahan di bumi pertiwi, saya ingin berkontribusi aktif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut di bidang yang saya minati, dibidang sesuai disiplin ilmu saya, yaitu kesehatan. Sebagaimana yang dikatakan Jalaluddin Rumi “Kemarin saya pintar, jadi saya ingin mengubah dunia. Hari ini saya bijaksana, jadi saya mengubah diri saya sendiri” dari perkataan tersebut, saya menyadari untuk mengubah hal besar, diawali dari hal kecil, sebelum mengubah dunia, kita mengubah diri sendiri terlebih dahulu dan memantaskan diri untuk bisa berkontribusi lebih besar dengan memanfaatkan moment-moment menjadi mahasiswa dengan kontribusi yang sebaik-baiknya, yang juga menjadi jalan untuk bisa mengenal potensi diri.

Sehingga saya cukup banyak tertampar dengan segala permasalahan, dimana ada jarak antara kondisi ideal dengan realita yang ada, atau sering kita kenal dengan masalah, Kadang, saya bertanya-tanya ini tanggung jawab siapa? Setelah berkontemplasi pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa bisa jadi ini adalah panggilan Indonesia untuk dijawab dengan  dengan potensi-potensi pada diri kita yang kita manfaatkan dengan sebaik mungkin hingga menghadirkan solusi, karya nyata, kontribusi. Pemuda menentukan kondisi bangsa, penggerak peradaban, syubbān alyaum rijāl al-gadd (pemuda hari ini pemimpin hari esok). Maka dari itu bidang yang ingin sekali saya tekuni hingga menjadi ahli adalah di sector kebijakan pada bidang kesehatan, dengan pendekatan sistemik karena saat ini saya merasa kebijakan-kebijakan kesehatan tersebut dengan kesadaran akan citra sosial dan perbaikan segera yang hanya menggunakan plester sosial dan aspirin yang mengobati masalah akut dan bahkan kadang tampak menyembuhkan untuk sementara waktu, tetapi ternyata meninggalkan masalah kronis yang mendasar bahkan tidak tersentuh yang pada akhirnya membusuk, muncul kembali ke permukaan, bahkan meledak di waktu tertentu yaitu disaat krisis, terlihat bobroknya transparansi, fasilitas layanan kesehatan, bahkan ketidakmerataan banyak hal di sector kesehatan.

Dengan segala potensi yang saya miliki yang masih akan terus saya tingkatkan dan dengan antusias akan saya tekuni, saya bertekad untuk bisa memberikan sumbangsih banyak di sektor kesehatan, kebijakan dan kesehatan masyarakat.


in frame : Dental Health Education di salah satu TK di Jogja


No comments:

Post a Comment