Berbicara
tentang hidup, berarti erat kaitannya dengan manusia. Makhluk yang Allah
ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk, yang memiliki akal juga hawa nafsu, yang
menjadi pertanyaan adalah pertarungan hawa nafsu untuk sekedar melakukan banyak
hal yang kontraproduktif atau lebih dari sekedar itu, yaitu dengan meloncat dan
menyadari bahwa dipundak kita ada label makhluk yang paling sempurna diciptakan
dalam bentuk sebaik-baiknya, sebagaimana dalam Surah At- Tin ayat 4. Kita
diberikan 2 mata untuk melihat, diberikan hidung untuk mencium, 2 telinga untuk
mendengar, lisan untuk berbicara, 2 tangan untuk bekerja, 2 kaki untuk
berjalan, bahkan diberikan anugerah akal untuk berpikir. Dan yang paling
penting untuk disadari adalah bahwa identitas kita adalah sebagai seorang
muslim, yang segala perbuatan dan tindakannya sudah tidak hanya berbicara
mengenai input untuk diri sendiri namun dengan niat dan itikad yang lebih luas
dari itu, yaitu bermanfaat bagi orang lain dan mencari ridho-Nya.
Di
era distrupsi ini, sudah bukan saatnya berproses dengan berjalan, namun saatnya
berproses dengan berlari dalam roket yang melesat kencang, begitupun dengan
menggali potensi diri, saya sepakat bahwa manusia diciptakan menjadi seorang
khalifah/pemimpin di dunia bukan tanpa alasan, tentunya setiap manusia memiliki
jalan kekhalifahannya masing-masing sesuai dengan potensi masing-masing, dengan
cara explore banyak hal, datangi banyak tempat, ajak banyak orang
berdiskusi, mencium beribu-ribu bau kehidupan, yang pada akhirnya menemukan
titik temu antara what you love, what the world needs, what you are good at,
and what you can be paid for atau yang sering kita kenal dengan IKIGAI.
Dalam
menemukan potensi tentunya kita harus mengawali dengan start with why ,
alasan mengapa kita bangun setiap pagi, dan sebenarnya apa hakikat dan tujuan
dari hidup kita? Tentunya jika untuk meraih ridho Allah, misi apa saja yang
akan kita lakukan, jalan perjuangan mana yang akan kita ambil? Karena
seringkali kita terjebak pada realitas, terperangkap pada rutinitas, menjalani
hari tanpa antusias, ada manusia-manusia berbakat tapi bingung bangun tanpa
semangat, menjalani hari tanpa kesan yang melekat.
Jika
direfleksikan terhadap diri saya, saya selalu mengawalinya dengan start with
why , untuk memainkan peran sebagai khalifah dan dengan tujuan mendapatkan
ridho-Nya, saya menempuh jalan perjuangan di sektor yang sangat saya minat
yaitu kesehatan, saya selalu tarik segala sesuatu dari titik akhir, sebagaimana
dalam buku 7 Habits Of Highly Effective People Stephen
R. Covey membahas tuntas mengenai begin with the end . Sebagaimana
membangun rumah, selalu ada dua kali penciptaan, yang pertama adalah sketsa
yang dibuat dengan berbagai analisis panjang yang sketsa tersebut selesai
bahkan sebelum tanahnya tersentuh, baru kemudian penciptaan fisik. Begitupun
dengan saya sebagai manusia yang sedang menjalankan amanah terberat yang bahkan
gunungpun menolak untuk menerimanya, saya senang menuliskan lifeplan
dari daily, jangka pendek, jangka menengah, bahkan sampai jangka panjang,
semata-mata agar bisa tiba sebelum berangkat, sehingga nantinya di perjalanan
kita fokus pada hal-hal yang menjadi tujuan akhir kita. Dari kepribadian saya
yang senang akan perencanaan yang matang, terstruktur, komitmen pada rencana,
antusias yang cukup tinggi, dan memiliki rasa tanggung jawab untuk melaksanakan
segala hal yang saya rencanakan diawal saya menemukan bahwa diri saya cenderung
striving sebagaimana terdapat dalam teori Talents Mapping oleh
Abah Rama.
Tentunya
selain start with why saya juga mencoba untuk find my why yaitu
menemukan something bigger than my daily activities, the reason behind every
single step that I choose, the big picture every activities I do. Saya
lagi-lagi memiliki big dream , big reason, dan purpose of my life
sehingga jika saya gagal dalam capaian-capaian kecil tidak jatuh semangatnya,
karena masih banyak jalan, dan akan panjang sampai ditujuan saya, saya menyukai
kompetisi, menyukai hal-hal yang menantang diri saya untuk berkembang jauh
lebih baik dan sangat tidak suka jalan ditempat. Dengan find my why, saya
yakin kegiatan-kegiatan menyenangkan akan selalu bisa saya ciptakan jika
menemukan gambaran besarnya, sebagaimana menyusun puzzle, akan menjadi sangat
menarik dan antusias jika kita membayangkan dan menerka gambaran akhirnya.
Maka, saya selalu bertekad dengan memiliki gambar akhir, meskipun satu waktu
puzzle itu hanya satu warna tanpa gambar dan polos, tapi saya percaya bahwa hal
itu juga merupakan bagian dari gambar besar yang akan saya kejar.
Dari
gambaran akhir itu saya mencoba meruntutkan kemampuan apa saja yang harus saya
miliki dan mengejawantahkannya pada kehidupan sosial saat ini ketika saya
menjadi mahasiswa, seperti ketika goals akhir saya adalah menjadi
Menteri Kesehatan RI, salah satu kemampuan/softskill dasar yang harus saya
miliki adalah berdiplomasi, hubungan interpersonal yang baik, negosiasi dan
lobbying, komunikasi, analisis, strategic, empati, memiliki relasi yang
baik, memiliki
pikiran yang kritis, good in public speaking, bisa berpikir logis,
mengerti politik dan kebijakan, memiliki kemampuan dengan pendekatan system,
saya coba asah potensi-potensi tersebut yang asalnya mungkin saya tidak tahu
apakah ada potensi tersebut dalam diri sendiri atau tidak, dengan mengikuti
berbagai organisasi intra kampus, diamanahi menjadi kepala departemen human
research development, mengikuti kegiatan ekstra kampus sebagai wadah
ideologisasi dan pemahaman politik yang dipandang secara islam, aktif sebagai
anggota partai mahasiswa untuk wadah memahami isu dan politik dan membangun
relasi, menjadi steering committee diberbagai acara untuk membuat konsep
dan strategi acara yang menarik, beberapa kali bergelut di bidang public
relation sehingga berhubungan
langsung dengan politisi junior maupun senior serta praktisi dibidang politik, selain
itu juga pendekatan grassroot dengan menjadi dental health educator
di lebih dari 5 acara untuk mengetahui kondisi realitas kesehatan di masyarakat,
diundang menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan dan seminar maupun latihan
kepemimpinan, merintis penelitian pada mahasiswa kesehatan serta tenaga
kesehatan untuk mengetahui realitas yang terjadi dilapangan terutama mengenai
gigi dan mulut, menjuarai berbagai lomba di bidang kesehatan gigi yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat sebagai bentuk pengejawantahan ilmu yang
diemban menjadi suatu karya yang bermanfaat dan wadah berlomba-lomba dalam
kebaikan, semua hal tersebut menjadi wadah bagi saya untuk menantang dan mengeksplor
potensi yang saya miliki dan mengukur sudah seberapa hebat, serta untuk
mengetahui kelemahan saya terkait potensi-potensi tersebut yang nantinya jika
masih banyak kekurangan akan terus menerus ditingkatkan, serta eksplorasi
tersebut merupakan sebuah upaya connecting the dots.
Sehingga,
jika dikaitkan dengan teori multiple intelligence saya mendapati bahwa
kecerdasan saya dibidang interpersonal, verbal-linguistik, serta logical
mathematical, yang tentunya masih sangat harus ditingkatkan.
Memaksimalkan waktu dengan hal-hal
yang produktif dan upaya mengeksplorasi kemampuan dan potensi merupakan hal
mendasar yang harus dilakukan sampai pada titik dimana saya menemukan
potensi-potensi yang bisa terus saya tingkatkan dan tidak cepat berpuas diri
atas segala pencapaian.
Pada
akhirnya, saya juga berangkat dari keresahan diri mengenai berbagai permasalahan
di bumi pertiwi, saya ingin berkontribusi aktif untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan tersebut di bidang yang saya minati, dibidang sesuai disiplin ilmu
saya, yaitu kesehatan. Sebagaimana yang dikatakan Jalaluddin Rumi “Kemarin
saya pintar, jadi saya ingin mengubah dunia. Hari ini saya bijaksana, jadi saya
mengubah diri saya sendiri” dari perkataan tersebut, saya menyadari untuk
mengubah hal besar, diawali dari hal kecil, sebelum mengubah dunia, kita
mengubah diri sendiri terlebih dahulu dan memantaskan diri untuk bisa
berkontribusi lebih besar dengan memanfaatkan moment-moment menjadi mahasiswa
dengan kontribusi yang sebaik-baiknya, yang juga menjadi jalan untuk bisa
mengenal potensi diri.
Sehingga
saya cukup banyak tertampar dengan segala permasalahan, dimana ada jarak antara
kondisi ideal dengan realita yang ada, atau sering kita kenal dengan masalah, Kadang,
saya bertanya-tanya ini tanggung jawab siapa? Setelah berkontemplasi pada
akhirnya saya menyimpulkan bahwa bisa jadi ini adalah panggilan Indonesia untuk
dijawab dengan dengan potensi-potensi
pada diri kita yang kita manfaatkan dengan sebaik mungkin hingga menghadirkan
solusi, karya nyata, kontribusi. Pemuda menentukan kondisi bangsa, penggerak
peradaban, syubbān alyaum rijāl al-gadd (pemuda hari ini pemimpin hari
esok). Maka dari itu bidang yang ingin sekali saya tekuni hingga menjadi ahli
adalah di sector kebijakan pada bidang kesehatan, dengan pendekatan sistemik
karena saat ini saya merasa kebijakan-kebijakan kesehatan tersebut dengan
kesadaran akan citra sosial dan perbaikan segera yang hanya menggunakan plester
sosial dan aspirin yang mengobati masalah akut dan bahkan kadang tampak
menyembuhkan untuk sementara waktu, tetapi ternyata meninggalkan masalah kronis
yang mendasar bahkan tidak tersentuh yang pada akhirnya membusuk, muncul
kembali ke permukaan, bahkan meledak di waktu tertentu yaitu disaat krisis,
terlihat bobroknya transparansi, fasilitas layanan kesehatan, bahkan
ketidakmerataan banyak hal di sector kesehatan.
Dengan
segala potensi yang saya miliki yang masih akan terus saya tingkatkan dan
dengan antusias akan saya tekuni, saya bertekad untuk bisa memberikan
sumbangsih banyak di sektor kesehatan, kebijakan dan kesehatan masyarakat.
No comments:
Post a Comment