Tuesday, May 18, 2021

Pelopor Perubahan

 

Berbicara tentang pelopor perubahan sangat erat kaitannya dengan pemuda yang siap menjadi jawaban dari setiap masalah dan tandangan yang ada, namun sebelum jauh kesana ada hak-hak orang-orang disekitar kita yang juga harus dipenuhi untuk kita bantu dan tidak hanya berfokus pada kebaikan diri sendiri tapi juga kebaikan orang lain. Di awal tulisan mengenai bystander effect membuat saya tertampar, jangan-jangan selama ini melakukan hal tersebut tanpa sadar, sehingga membuat orang lain dalam kondisi yang sangat berisiko bahkan berbahaya.

            Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya, kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah,kamu membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-tiap langkah yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah, dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR.al-Bukhari ,no.2989 dan Muslim, no 1009) bahkan membuang gangguan dari jalan, Rasulullah berkata bahwa itu sedekah, lagi-lagi kita diminta untuk lebih peka dan bahkan dijanjikan pahala.

Dari kisah Kitty Genovesse saya belajar, ternyata dunia masih bising dengan gemuruh abai, masihkah kita memilih diam?

              Dalam hal masalah kecil hingga masalah besar yang menimpa kita maupun orang lain sebenarnya kita memahami bahwa selalu ada jarak antara kondisi ideal dengan realita yang ada, istilah singkat yang menggambarkan jarak antara kondisi ideal dan realita disebut masalah. Lalu, kita coba cermati masalah yang lebih luas, dan yang menjadi pertanyaan adalah ini menjadi tanggung jawab siapa? Bisa jadi ini adalah panggilan dari agama maupun bangsa untuk dijawab dengan solusi maupun karya, pemuda menentukan kondisi bangsa, agen perubahan, penggerak peradaban, syubbān alyaum rijāl al-gadd (pemuda hari ini pemimpin hari esok). Cerminan Indonesia 100 tahun kedepan siapa yang buat? Yaitu dengan melihat kondisi pemuda saat ini. Ada bonus demografi pemuda dan usia produktif akan lebih banyak, ini adalah momentum emas, ini akan menjadi musibah atau anugerah? Lagi-lagi ditentukan oleh kita. Hal ini akan menjadi anugerah ketika tidak hanya label usianya saja, tetapi kegiatannya juga produktif. Akan menjadi musibah ketika bermalas-malasan, tidak mau berkarya, tidak peduli dengan apa-apa yang terjadi dikanan dan kiri,

            Bangsa kita jika diibaratkan tubuh, sel terkecil adalah individu2nya, yang menyusun kondisi bangsa, yang menentukan kondisi bangsa, antara sistem organ dan organ, antara organ dan jaringan, antara jaringan dan sel, tentu tidak bisa dipisahkan. Jika hari ini masih ada yang berpikir yang berbuat negative adalah hanya kita, yang tidak produktif hanya kita saja, atau yang tidak baik hanya diri kita sendiri, dan merasa yang rugi hanya kita, jangan salah, ketika kita tidak mulai perubahan baik itu dari dalam diri sendiri, kita yang menganggap bahwa diri kita yang tidak baik tidak berpengaruh pada apapun padahal sangat berpengaruh terhadap keluarga kita, terhadap orang-orang disekitar kita, terhadap bangsa, bahkan mungkin lebih luasnya pada dunia, kesadaran bahwa kita adalah bagian dari sel terkecil dari tubuh bangsa dan agama kita, baiknya kita buruknya kita akan menentukan banyak hal.

            Dalam tulisan disinggung terkait tiga hal yang harus dilibatkan yaitu akal, hati, dan aksi. Kita percaya bahwa pentingnya membangun karakter dan kapasitas, selain untuk diri kita juga untuk orang lain, Rasul diturunkan untuk membangun karakter dan akhlak, kewajiban kita untuk punya karakter dan akhlak yang baik, sehingga penting bagi kita untuk menerapkan kapasitas itu, selain karna kewajiban, itu juga cara kita untuk survive di era ini, hari ini yang dicari adalah orang yang mempunyai moral dan mempunyai skill, orang yang cerdas IQ, EQ, SQ, itu yang dicari dan dihargai, karena di dunia persaingan yang borderless yang luar biasa ini, kita tidak hanya membutuhkan orang yang pintar pelajaran atau menerapkan akal saja tapi juga punya nilai dalam dirinya juga mempunyai akal yang dituntun iman, nilai yang ditumbuhkan dari karakter yang kita miliki, selanjutnya tinggal bagaimana kita memberikan impact untuk sekitar, sebagai salah satu bentuk dari nilai, akal, dan karakter kita yang tentunya dituntun dengan iman dan niat baik yang tidak hanya sekederdil kebaikan-kebaikan dunia namun juga untuk kehidupan selanjutnya yaitu di alam akhirat

Setelah niat dan akal kita siap, saatnya kita melakukan eksekusi, dalam hal ini saya ingin menyempitkannya menjadi pelopor perubahan melalui kontribusi, yang mana memiliki 3 pilar utama :

1.     Gagasan/Ide

Kita harus mengetahui terkait permasalahan, untuk mendapatkan ide kita harus tahu masalahnya, masalah kita tahu dari kita melihat kondisi ideal dan realita, tidak bisa asal kontribusi tanpa tau ada permasalahan yang jelas tidak bisa kita ingin sesuatu itu berubah kearah yang lebih baik tanpa tahu duduk masalahnya seperti apa, hal yang harus dipertanyakan adalah masalah apa yang akan di jawab oleh movement atau aksi-aksi kita, dan strong why, selalu start with why, tentunya kita tahu bahwa melakukan perubahan baik bagi diri sendiri dan orang lain adalah semata-mata hanay untuk mencari ridho Allah, selain itu juga pasionate, mau , dan dibutuhkan.

2.     Narasi

Tujuannya agar orang-orang mengetahui hal yang ingin kita ubah, kita seperti apa dan mengapa orang-orang pada mau gerak dalam perubahan itu. Dalam membangun narasi ketika why nya tidak kuat maka tidak banyak yang mau tergerak, tentunya untuk menyampaikan yang ada dikepala dan hati yang harus sampai ke hati dan kepala orang lain yang menentukan seberapa cepat pesan itu tersampaikan adalah kemampuan narasi dan komunikasi. Narasi solid memiliki kriteria menyentuh rasio atau menyentuh emosi, untuk menggerakan orang jika tidak menyentuh akal maka sentuh emosinya. Sentuh akal dengan data, fakta logika. Emosi dengan kondisi realitas yang digambarkan sedemikian rupa.

3.     Eksekusi

Jangan berenti di medan pikiran, tapi sampailah di medan kerja, berhasil atau tidak kita melakukan perubahan baik dalam diri sendiri dan orang sekitar kita kearah yang Allah inginkan tidak hanya berbicara tentang hasil tapi juga proses dan jalan yang kita tempuh untuk mencapai hasil, karena sejatinya ketika kita sudah mulai mencoba kita telah menang dan berhasil, menang melawan rasa takut, berhasil mengambil tantangan, berhasil percaya diri, dan berhasil mencoba.

            Seperti hal yang dilakukan oleh Ibu Septi di artikel, untuk melakukan perubahan tentunya tidak akan mudah dan banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari menyusun kembali paradigma diri sendiri, mengajak orang sekitar sampai bisa meluas ke berbagai penjuru, Bu Septi merupakan gambaran orang yang berani melakukan perbedaan baik di luar kewajaran demi menterjemahkan dan membahasakan permasalahan, dengan segala pengorbanan yang di berikan, dengan segala keberanian yang diambil untuk memilih pilihan tersebut diantara pilihan mewah lainnya, Bu Septi memilih untuk menjadi pelopor perubahan ke arah yang lebih baik dengan caranya sendiri.


In Frame : Aksi Memperingati 20 Tahun Reformasi


No comments:

Post a Comment