Berbicara tentang pelopor perubahan sangat
erat kaitannya dengan pemuda yang siap menjadi jawaban dari setiap masalah dan
tandangan yang ada, namun sebelum jauh kesana ada hak-hak orang-orang disekitar
kita yang juga harus dipenuhi untuk kita bantu dan tidak hanya berfokus pada
kebaikan diri sendiri tapi juga kebaikan orang lain. Di awal tulisan mengenai bystander
effect membuat saya tertampar, jangan-jangan selama ini melakukan hal
tersebut tanpa sadar, sehingga membuat orang lain dalam kondisi yang sangat
berisiko bahkan berbahaya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu,ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Setiap
persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di
dalamnya, kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah,kamu membantu
seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya
di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-tiap langkah
yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah, dan kamu membuang gangguan dari
jalan adalah sedekah.” (HR.al-Bukhari ,no.2989 dan Muslim, no 1009) bahkan
membuang gangguan dari jalan, Rasulullah berkata bahwa itu sedekah, lagi-lagi
kita diminta untuk lebih peka dan bahkan dijanjikan pahala.
Dari
kisah Kitty Genovesse saya belajar, ternyata dunia masih bising dengan gemuruh
abai, masihkah kita memilih diam?
Dalam hal masalah kecil hingga
masalah besar yang menimpa kita maupun orang lain sebenarnya kita memahami
bahwa selalu ada jarak antara kondisi ideal dengan realita yang ada, istilah
singkat yang menggambarkan jarak antara kondisi ideal dan realita disebut
masalah. Lalu, kita coba cermati masalah yang lebih luas, dan yang menjadi
pertanyaan adalah ini menjadi tanggung jawab siapa? Bisa jadi ini adalah
panggilan dari agama maupun bangsa untuk dijawab dengan solusi maupun karya,
pemuda menentukan kondisi bangsa, agen perubahan, penggerak peradaban, syubbān
alyaum rijāl al-gadd (pemuda hari ini pemimpin hari esok). Cerminan
Indonesia 100 tahun kedepan siapa yang buat? Yaitu dengan melihat kondisi
pemuda saat ini. Ada bonus demografi pemuda dan usia produktif akan lebih
banyak, ini adalah momentum emas, ini akan menjadi musibah atau anugerah? Lagi-lagi
ditentukan oleh kita. Hal ini akan menjadi anugerah ketika tidak hanya label
usianya saja, tetapi kegiatannya juga produktif. Akan menjadi musibah ketika bermalas-malasan,
tidak mau berkarya, tidak peduli dengan apa-apa yang terjadi dikanan dan kiri,
Bangsa kita jika diibaratkan tubuh,
sel terkecil adalah individu2nya, yang menyusun kondisi bangsa, yang menentukan
kondisi bangsa, antara sistem organ dan organ, antara organ dan jaringan,
antara jaringan dan sel, tentu tidak bisa dipisahkan. Jika hari ini masih ada
yang berpikir yang berbuat negative adalah hanya kita, yang tidak produktif hanya
kita saja, atau yang tidak baik hanya diri kita sendiri, dan merasa yang rugi hanya
kita, jangan salah, ketika kita tidak mulai perubahan baik itu dari dalam diri
sendiri, kita yang menganggap bahwa diri kita yang tidak baik tidak berpengaruh
pada apapun padahal sangat berpengaruh terhadap keluarga kita, terhadap orang-orang
disekitar kita, terhadap bangsa, bahkan mungkin lebih luasnya pada dunia,
kesadaran bahwa kita adalah bagian dari sel terkecil dari tubuh bangsa dan
agama kita, baiknya kita buruknya kita akan menentukan banyak hal.
Dalam tulisan disinggung terkait
tiga hal yang harus dilibatkan yaitu akal, hati, dan aksi. Kita percaya bahwa pentingnya
membangun karakter dan kapasitas, selain untuk diri kita juga untuk orang lain,
Rasul diturunkan untuk membangun karakter dan akhlak, kewajiban kita untuk
punya karakter dan akhlak yang baik, sehingga penting bagi kita untuk
menerapkan kapasitas itu, selain karna kewajiban, itu juga cara kita untuk survive
di era ini, hari ini yang dicari adalah orang yang mempunyai moral dan mempunyai
skill, orang yang cerdas IQ, EQ, SQ, itu yang dicari dan dihargai,
karena di dunia persaingan yang borderless yang luar biasa ini, kita tidak
hanya membutuhkan orang yang pintar pelajaran atau menerapkan akal saja tapi
juga punya nilai dalam dirinya juga mempunyai akal yang dituntun iman, nilai
yang ditumbuhkan dari karakter yang kita miliki, selanjutnya tinggal bagaimana
kita memberikan impact untuk sekitar, sebagai salah satu bentuk dari
nilai, akal, dan karakter kita yang tentunya dituntun dengan iman dan niat baik
yang tidak hanya sekederdil kebaikan-kebaikan dunia namun juga untuk kehidupan
selanjutnya yaitu di alam akhirat
Setelah
niat dan akal kita siap, saatnya kita melakukan eksekusi, dalam hal ini saya
ingin menyempitkannya menjadi pelopor perubahan melalui kontribusi, yang mana
memiliki 3 pilar utama :
1. Gagasan/Ide
Kita harus mengetahui terkait permasalahan, untuk mendapatkan
ide kita harus tahu masalahnya, masalah kita tahu dari kita melihat kondisi
ideal dan realita, tidak bisa asal kontribusi tanpa tau ada permasalahan yang
jelas tidak bisa kita ingin sesuatu itu berubah kearah yang lebih baik tanpa
tahu duduk masalahnya seperti apa, hal yang harus dipertanyakan adalah masalah
apa yang akan di jawab oleh movement atau aksi-aksi kita, dan strong
why, selalu start with why, tentunya kita tahu bahwa melakukan
perubahan baik bagi diri sendiri dan orang lain adalah semata-mata hanay untuk
mencari ridho Allah, selain itu juga pasionate, mau , dan dibutuhkan.
2. Narasi
Tujuannya agar orang-orang mengetahui hal yang ingin
kita ubah, kita seperti apa dan mengapa orang-orang pada mau gerak dalam
perubahan itu. Dalam membangun narasi ketika why nya tidak kuat maka
tidak banyak yang mau tergerak, tentunya untuk menyampaikan yang ada dikepala
dan hati yang harus sampai ke hati dan kepala orang lain yang menentukan
seberapa cepat pesan itu tersampaikan adalah kemampuan narasi dan komunikasi.
Narasi solid memiliki kriteria menyentuh rasio atau menyentuh emosi, untuk
menggerakan orang jika tidak menyentuh akal maka sentuh emosinya. Sentuh akal
dengan data, fakta logika. Emosi dengan kondisi realitas yang digambarkan sedemikian
rupa.
3. Eksekusi
Jangan berenti di medan pikiran, tapi sampailah di medan
kerja, berhasil atau tidak kita melakukan perubahan baik dalam diri sendiri dan
orang sekitar kita kearah yang Allah inginkan tidak hanya berbicara tentang
hasil tapi juga proses dan jalan yang kita tempuh untuk mencapai hasil, karena
sejatinya ketika kita sudah mulai mencoba kita telah menang dan berhasil,
menang melawan rasa takut, berhasil mengambil tantangan, berhasil percaya diri,
dan berhasil mencoba.
Seperti hal yang dilakukan oleh Ibu
Septi di artikel, untuk melakukan perubahan tentunya tidak akan mudah dan
banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari menyusun kembali paradigma
diri sendiri, mengajak orang sekitar sampai bisa meluas ke berbagai penjuru, Bu
Septi merupakan gambaran orang yang berani melakukan perbedaan baik di luar
kewajaran demi menterjemahkan dan membahasakan permasalahan, dengan segala
pengorbanan yang di berikan, dengan segala keberanian yang diambil untuk
memilih pilihan tersebut diantara pilihan mewah lainnya, Bu Septi memilih untuk
menjadi pelopor perubahan ke arah yang lebih baik dengan caranya sendiri.
No comments:
Post a Comment